Wednesday, April 7, 2010

7. Welocome to Evangels

7. Welcome to Evangels.
Keesokan harinya aku bersiap – siap mengunjungi Evangels. Ya karena aku mengunjungi pulau, aku memakai sneakers, tank top, and hot pants, serta gesper untuk dikaitkan dengan pakaianku. Dan katanya mama ingin ikut. Okay, setelah semua siap, kami berangkat dengan supir karena aku malas menyetir dan segera menuju pelabuhan Devilamonita. Ya, itu pelabuhan yang sengaja kami buat khusus untuk akses ke Evangels Jail. Lalu setelah sampai di pelabuhan, kami naik kapal pribadi dan segera melaju ke Evangels dengan berakselerasi. Karena ini laut, tentu aku memakai kacamata hitam untuk menghindari melihat matahari yang mengerikan. Hanya 30 menit kami sampai. Bangunan penjaranya seolah – olah kastil Rapunzel yang tinggi dan mengerikan. Lalu kami masuk dan segera menuju ruang besuk dan bertemu Claudio. Lalu setelah Claudio muncul. Lalu kami duduk dan introgasi dimulai. “Well, Claudio, katakan siapa mereka, vampire yang bersamamu itu, laporan terakhir, saat vampire suruhanku mengejar mereka, mereka kehilangan jejak, bayangkan, seharian mengejar, tetapi gagal.” Kataku memulai pembicaraan. Claudio hanya diam.
“Apa yang kalian rencanakan?” Tanya mama kemudian. Mama sangat serius sepertinya, hmm, anggun juga, dan mengerikan.
“Haha, kau tahu, kalian dalam masalah besar, terutama seorang gadis kecil bernama Savanna, akan terkena sialnya.” Jawaban Claudio yang tidak memuaskan, mama hanya memutar matanya dan terlihat dari raut wajahnya, ia ingin membunuh Claudio.
“Savanna? Siapa pula dia, jangan main – main kau, vampire tong sampah, aku tahu kau dipungut dari tong sampah, menyedihkan sekali hidup sialmu itu.” Kataku dengan nada kejam mengejeknya.
“Sepertinya kau seperti bersumpah pada seorang vampire, siapa?” Tanya mama lag, dia terus bungkam, harus kugunakan caraku. Sudah kuduga, harusnya persidangan kemarin, hal ini harus ditanyakan, dari pada sepanjang persidangan hanya mengungkit kejahatannya dan Patricio. Lalu aku berdiri dan mendekat padanya, langsung mendorong dan mengangkat kerahnya, menguncinya ketembok dengan posisi dengkulku menekan perutnya dan tanganku dilehernya. “Nah, Claudio, katakana apa yang kemi mau, atau kakiku berpindah kelehermu dan merobeknya? Bagaimana?” Kataku pelan tetapi mengerikan. Dia tetap diam. “Apa ada jaminan untukku?” Tanya Claudio.
“Jaminan?” Mama bingung dan menjawab pertanyaan Claudio dari tempat duduknya.
“Ruang penjara VIP? Aku ingin privacy dipenjaraku.” Katanya.
“Akan kukabulkan.” Kataku.
“Huh, okay, pria gemuk itu adalah Lucifer Sandy, kau tahu, ia hampir mati karena diduga berkhianat, huh, Swiss, akan dapat masalah.” Katanya, lalu ia menghela nafas dan melanjutkan, “Dan pria satunya, hehehe…” ia tersenyum, “Siapa?” Kataku dengan penuh penekanan. “Gordon, Gordon Silver, kau tahu nama itu?” Tanya Claudio. Aku merasakan aura mama sedikit berbeda, dan aku sedikit menoleh kearah mama, dan benar saja, ia seperti vampire yang ketakutan. “Siapa Gordon?” Tanyaku penasaran. “Cukup, terima kasih Claudio, hmm, penjaga penjara…” Potong mama tiba – tiba. Lalu penjaga penjara datang, “Kabulkan keinginan Claudio. Dan, Natalie, lepaskan pria kering tak berdaging itu.” Katanya. Lalu aku melepasnya. Aku hanya diam, lalu mama mengajakku pulang, ditengah perjalanan, betapa terkejutnya aku, Silvia, ia ada disini, sepertinya tahanan yang baru datang. “Silvia Fe? Itu kau kan?” Tanya mama.
“Mirabella, aku…” Katanya memelas.
Lalu mama mendorong Silvia ketembok, tidak sepertiku yang melakukannya secara kejam pada Claudio, mama meletakan kedua tangannya pada bahu Silvia. “Para petugas, kumohon, tinggalkan kami, dan kalau ada yang menguping, kalian akan kuhabisi, mungkin jasad kalian akan hilang dilaut, dan kau juga Natalie, tunggu mama dikapal.” Perintah mama. Entah apa yang dilakukannya tapi aku menurut saja dan tidak mencoba ingin tahu. Lalu aku kembali kekapal dan menunggu mama disana. Ada sekitar 30 menit aku mengunggu lalu mama kembali dengan wajah tanpa dosa. Tanpa banyak bicara mama menuruh nahkoda kapal untuk kembali ke pelabuhan. Mama diam saja, tanpa bicara, hmm, pasti ada yang disembunyikan, lagi – lagi rahasia. Lalu tak lama kami kembali kedaratan dan segera naik mobil. Setelah kami masuk mobil, mama memerintahkan agar kami segera kembali kerumah. “Hey, mama, apa tak perlu kekantor dulu, mom?” Tanyaku.
“Tidak perlu.” Kata mama datar.
“So? Ada apa mama? Kau tidak seperti biasanya, apakah ada sesuatu yang mengganjal pikirannmu?” Aku mulai penasaran, entah apa, mama mengunci pikirannya dan terlihat dari tanpangnya sedang memikirkan seseatu.
Sementara disisi Mirabella.
45 menit yang lalu…
“Ayo duduk dulu, tak apalah jika duduk dilantai, hmm.” Kata Mirabella pada Silvia.
Lalu mereka duduk dilantai.
“Mirabella, maafkan aku, tapi…” Silvia mulai berbicara.
“Apa, kau adalah senior yang, well, cukup baik, kenapa kau bisa seperti ini?” Tanggap Mirabella.
“Mira, aku terjebak, aku teripu, aku bukanlah Silvia Fe yang kalian banggakan.”
“Apa kau diperalat?”
“Ya, oleh Trisha. She hypnotized me. I don’t know, aku bingung dengan keadaanku.”
“Oh, no, aku tahu Trisha, kemampuan ia menghipnotis lawannya, bisa berakibat sangat buruk. Apa kau melawannya?”
“Dia sempat menghapus ingatanku, dia menyamar menjadi seseorang. Menjadi, oh please, menjadi siapa ya? Aku lupa, ah…” Silvia kesal.
“Hmm, lalu kenapa kau bisa masuk kepenjara?”
“Berkas – berkas percobaan pemberontakan ternyata ia menyatat dan menyimpannya, well, ia melaporkanku dengan bukti – bukti yang ia setting sendiri. Cerdas. Dia lupa akan satu hal, kalau kau masih hidup, kau bisa menjebloskannya, toh buktinya dia pegang. Dan mengkambing hitamkanku atas itu.”
“Okay, jadi kau selama ini melindungi penjahat? Hebat. Aku akan membebaskamu suatu hari. Membebaskan wanita sepertimu, menarik sekali.”
“Kau tahu aku diperalat, kan?”
“Kau mau ikut progam perlindungan saksi?”
“Ayolah, kita bukan tergabung dalam organisasi hebat seperti FBI, or CIA, or whatever. Tidak perlu, aku bukanlah vampire lemah.”
“Kesaksianmu kuperlukan, akan kubawa Prof. Clearwater untuk memeriksamu, mungkin ia bisa membantumu, well, aku harus pergi, akan kubawa Prof. Clearwater untuk menanganimu.” Setelah berkata begitu, Mirabella memanggil penjaga untuk memenjarakan Silvia, “Oh, aku lupa, Silvia, bagaimana dengan anakmu? Silvanna?” Tanya Mirabella lagi, lalu sambil dipegangi penjaga penjara Silvia hanya berkata santai, “Aku tidak punya anak, Mira.”
Lalu setelah itu, Mirabella merasa mendengar suara Natalie dalam pikirannya.
“Mama? Mama? MAMA!!” Kata Natalie berteriak.
Natalie…
“Mama apa yang kau pikirkan?” Tanyaku.
“Eh, Nat, tidak ada apa – apa.” Respon mama kaget.
“Mama, kau mengacuhkanku, apa ada yang mau kau sampaikankan?”
“Tidak anakku, tidak ada, eh, tolong ke restoran dulu pak, saya lapar.” Kata mama, hmm, aneh. Aku semakin curiga pada mama, lalu aku berbicara lagi. “Mama, aku lupa, dimana Chantal?”
“Chantal? Dia kan ikut sarapan tadi pagi, apa kau lupa?” Respon mama.
“Bukan begitu, well, aku memang lupa tapi salama ini, dia tidak kelihatan?”
“Dia seharian diruang kerja mama dirumah, ya ada urusan yang tidak akan menarik bagimu, memang kenapa?”
“Tidak, hanya, hmm, ada yang ingin kutanyakan.”
“Apa? My dear?”
“Apa tanggapan manusia tentang berdirinya kantor department vampire ditengah kota London, maksudku, apa mereka tidak aneh?”
“Dengan wujud kantor kita yang seperti istana nan megah? Tentu tidak, mereka menganggap bahwa kami perusahaan koran yang sukses, aku tahu kau tidak pernah membaca koran pagi kecuali edisi ‘Married By Accident in Vampire Teenage Life’ haha, kau tahu tidak?”
“Tidak.”
“Huh, kita juga menerbitkan edisi untuk pembaca manusia, dengan judul ‘Daily Castle’ dan khusus vampire judul korannya ‘Dracula Daily’.” Jelas mama. Kok aku tidak pernah tahu ya?
“Kenapa? Kau bingung kenapa kau tidak tahu?” Tanya mama lagi. Aku hanya geleng – geleng kepala.
“Dasar introvert.” Kata mama sambil mengelus rambutku, lalu ternyata kita sudah sampai direstorannya. Lalu kami masuk dan duduk, lalu memesan makanan, memesan makanan di restoran manusia, ini hal yang jarang kulakukan, dan sering dilakukan mama dan nenek. Lalu mama memesan asparagus soup and blackberry juice. Aku memesan fettuccini and root beer float. Untuk dessert, kami memesan banana pudding and ice cream. Dan appetizer, fried potato. Ya, lalu kami menunggu makanan dengan tenang. Mama mengatakan bahwa restoran ini ingin dibelinya. “Memangnya apa nama restoran ini?” Tanyaku sambil menunggu makanan. “Eat and Pay Restaurant and Buffet.” Kata mama tenang. Aku hanya bingung, kenapa manusia suka memberi nama – nama aneh untuk tempat usaha mereka, makan dan bayar? Lalu, appetizer datang, lalu hidangan utama, dan dessert.
Setelah kenyang, kami pulang, harga direstoran tadi cukup ‘wow’, maksudku, tidak terlalu mahal, hmm, tampilan restorannya yang kurasa sederhana, tetapi kualitas makanannya memang jempolan, kurasa aku haru mendukung mama dengan membeli restoran ini. “Supernova.” Kataku.
“Apa?” Respon mama.
“Nama baru restoran itu, aku mendukungmu membelinya, hmm, dan karena aku bosan dengan kantor, aku ingin turun tangan dalam proyek ini.”
“Itu yang mama suka darimu, otakmu selain kejam, tapi penuh dengan ide dalam mengembangkan ladang bisnis.” Kata mama sambil mengangkat kedua jempol tangannya. Aku hanya cengo’. Lalu kami pulang kerumah. Lalu tak lama kami sampai, sepanjang perjalanan baik aku atau mama hanya diam, seperti berfikir akan masalah masing – masing. Setelah sampai rumah, sepertinya aku harus me-refreshing otakku. Lalu aku segera merubah kostum menjadi baju renang. Dan, aku berenang, air kolam yang dingin sepertinya mampu menyegarkan pikiranku. Ketika memasuki air, rambutku yang agak keriting maksudku, rumbutku itu memang keriting tapi volume ‘curls’ rembutku besar, dan hanya bagian bawah rambut saja, dan yang anehnya, rambutku terdiri atas paduan blonde and black walaupun blonde yang lebih dominan. Well, itu tidak penting, lalu aku terus berenang sampai otakku jernih. Huh, lalu aku naik dan mengenakan baju handukku dan beralih kekolam air panas, disitu aku bisa berfikir. Lalu setelah aku sampai dan berendam kekolam air panas, aku mulai mengurutkan kejadiannya. Hmm, keanehan saat surat misterius dari The Swan. Hmm, entah apa maksudnya. Lalu kemunculan Xavier Nara yang tiba – tiba menolongku, walau kata kebanyakan rekanku, menolong orang tak perlu alasan, tapi aku tidak pernah percaya pada semua kebaikan yang ditunjukan vampire lain kepadaku, ini perlu dicurigai. Lalu kenyataan Chantal dan keluarga Gill bukan vampire melainkan manusia, dan wanita bernama Savanna, hmm, mengapa aku tidak tahu? Belum lagi, Lucifer Sandy yang telah menjadi buronan Swiss yang entah dimana adanya, Edmund dan Trisha Silver, dan yang terakhir, Silvia Fe, yang masuk ke Evangels secara mengejutkan. Bombastic. Sepertinya aku harus mulai mencaritahu, seperti ada rahasia terpendam. Lalu tiba – tiba, Nina masuk dan memberi tahu, bahwa Melinda ingin berbicara. Lalu kubilang “Suruh ia masuk, Nina.” Tak lama kemudian, Melinda masuk. “Natalie, apa aku menggangumu?” Tanya Melinda.
“Linda, hey, ada apa? Maaf aku harus menemuimu dengan menggunakan bikini dan dalam keadaan berendam seperti ini, duduklah.” Kataku, untung disini disediakan sofa. “Well, nenekku, Silvia, masuk kedalam penjara, kudengar kau ke Evangels hari ini, ya aku tahu berdasarkan berita dari mama.”
“Ya, aku bertemu dengan Silvia, tapi, hmm, well, aku tidak berbicara dengannya, mama yang berbircara padanya.” Jelasku.
“Huh, apa kau hal apa yang dibicarakan mereka?”
“Tidak, Linda, memangnya ada apa? Kenapa kau seperti merasa lega?”
“Tidak, terima kasih, mamaku, Silvanna sangat khawatir. Dan rencananya aku akan pindah ke Paris.”
“Apa ini pertukaran pegawai?”
“Ya, aku ingin menemani mama.” Terang Melinda, hmm, kalau begitu…
“Patricia Spring. Tukar dengan dia ya. Bisa?”
“Eh, aku tak peduli tukar dengan siapa, memang siapa dia?”
“Hmm, dia kerjanya bagus dan tidak banyak bicara, talk less, do more, aku yakin dia pekerja yang baik.”
“Okay, akan kulaporkan pada Katherine, Kat akan mengerti pasti.”
“Okay, apa ada lagi yang ingin kau bicarakan?” Tanyaku karena aku ingin sendiri.
“Cukup, sekian dan terima kasih. Oh ya, soal Belinda, gadis itu mendapat masalah, ia dihukum oleh Kat. Bersama Kevin, harus membersihkan kolam berenang lantai 6.”
“Hah? Ahaha, itu kolam yang extra besar, biarkanlah.”
“Sudah ya, terima kasih atas waktumu. Aku permisi dulu.” Kata Melinda pamit, lalu ia pergi, hmm, lucu juga membayangkan Belinda dan Kevin, dua sejoli yang kurasa cocok sebagai duo partner cleaning service. Huh, kurasa mereka pantas mendapatkannya, tapi, kenapa ya mereka seperti itu? Tidak masuk akal dan logika, seharusnya kalau sudah diberi SP, mereka sadar, tetapi kenapa? Abnormal, tidak sesuai perhitunganku. Sudahlah, pikiranku runyam, lebih baik aku ke perpustakaan rumahku mungkin ada hal yang dapat menjelaskan hal diluar nalar ini? Lalu aku segera mengeringkan diri dan memakai pakain dan menuju perpustakaan. Lalu aku mulai mencari buku tentang apalah itu, hmm, sebentar, kalau tidak salah, hal yang berbau cinta, ya itu. Hmm, lalu aku mulai membaca beberapa buku tentang sikap dan sifat, hmm, mulai dari Xavier, pria yang aku tidak terlalu dekat tapi mau menolong tanpa dimintai tolong, lalu, sikap aneh Belinda dan Kevin, aku mulai mempelajari dan membaca, bahkan dari William Shakespeare yang ku yakin karyanya memang jempolan. Berjam – jam aku di perpustakaan. Tak lama otakku menyimpulkan, semua teori dibuku ini memang ilmiah, secara teknis, tapi tetap tidak bisa kumengerti, tidak masuk akal, kosong, nihil. Buku – buku ini menyimpulkan tentang rasa percaya, apa coba? Aneh, mengapa mereka mudah mempercayai sesama? Konyol jika mau dibodohi. Huh, pegal mataku membaca ini. Tidak ada yang bisa memberiku penjelasan. “Mama, mengapa kau mengawasiku? Sepertinya kau menyimpulkan sesuatu.” Kataku pada mama, aku tahu mama ada dibelakangku.
“Apa aku ketahuan? Tidak ada, tidak biasanya kau membaca sebegitu seriusnya.” Kata mama.
“Well, aku memang mencari sesuatu yang, hmm, sudahlah lupakan.” Kataku sambil bangkit dari kursi dan pergi keruang makan karena sudah waktunya makan malam. Lalu aku duduk dikursi dan memakan makanan yang dihidangkan dimeja makan. Semua makan dengan tenang termasuk Chantal. “Mira, sepertinya memang sudah waktunya aku pergi. Hmm, besok pagi mungkin.” Kata Chantal. Aku diam dan tetap makan dengan tenang dan berwibawa.
“Well, kalau itu maumu, tak masalah.” Kata mama. Aku melihat nenek asik dengan makanannya lalu nenek berkata, “Aku juga mau ke Paris, kau tahu.” Kata nenek.
“Mother, kau serius akan ingin ikut Chantal? Aku akan menyiapkan jet pribadimu.” Kata mama.
“Terima kasih anakku, kurasa, Paris akan membutuhkanku untuk sementara.” Kata nenek.
“Ada masalah apa disana?” Tanyaku yang ingin tahu.
“Hmm, tidak, hanya sedikit kacau saja, apa kau mau ikut juga?” Tanya mama. Aku hanya menggelengkan kepala. Lalu kami makan dengan tenang, setelah selesai aku menuju kamar dan tidur. Ada sesuatu, tidak mungkin nenek pergi begitu saja, nenek memang tidak hobby belanja tapi sudahlah. Lalu aku tidur untuk mempersiapkan diri besok.
Keesokan harinya…
Hmm, aku mulai bangun dan mengucek – ucek mata. Lalu kudengar Fiona mengetuk pintu dan masuk mengantarkan sarapan pagi. Lalu sepeti pagi – pagi biasanya, aku sarapan dan meminum Prodemons. Mandi dan selesai mandi, aku mengoleskan krim Prodemons, lalu berangkat. Aku kekantor kali ini dengan mobil Peugeot 406. Memang mobil lama tapi aku suka dan aku sudah memodifikasi mesinnya, dan tampilannya menjadi lebih mewah dengan warna hitam yang mulus dan mengkilat. Lalu aku berangkat. Ya, tanpa panjang lebar aku tancap gas, dan sampai dengan hanya butuh waktu 15 minute. Lalu aku segera menuju pintu masuk lobby utama dan menyuruh petugas memarkirkan mobilku. Lalu aku masuk dan menuju lift ke lantai 7. Setelah sampai dilantai 7, aku menuju ruanganku dan melihat Kurt sedang mengintip melaliu celah pintu diruangan manager keuangan alias ruangan Lena. “Kurt?” Tanyaku penasaran.
“Natalie, hey.” Kurt terlihat panik.
“Apa yang kau lakukan? Mengintip?”
“Sssttt…” Kurt meletakan telunjuk kanannya kebibirnya. Lalu aku melihat, Lena sedang duduk dipangkuan Delano, dan terlihat seperti sedang memberi nafas buatan, entah apa maksudnya, Kurt sepertinya terpukul akan peristiwa itu, terlihat dari wajahnya. Kalau tidak salah, hal seperti itu tertulis dibuku yang kubaca kemarin, namanya apa ya?
“Kurt kenapa kau sedih?”
“Natalie, aku tahu kau vampire yang bisa dipercaya, kurasa aku ketahuan kalau aku menyukai Lena, tapi kau jangan bilang siapa – siapa ya, janji?” Kata Kurt dengan penuh keseriusan serta keprihatinan.
“Whoa, aku tidak mengerti, tapi baiklah, kenapa kau tidak masuk? Dan kenapa kau tidak bilang saja sama Lena?” Tanyaku.
“Tidak semudah itu Natalie, Lena sudah punya Delano.” Kata Kurt dengan penuh keprihatinan.
“Kau singkirkan saja Delano, kau harus menang bersaing.” Kataku menyemangati, mungkin aku melakukan hal yang benar, kata buku yang kubaca, menyemangati adalah hal yang benar bila teman kita sedih.
“Mudah bagimu mengatakannya, tapi, aku tidak percaya diri.”
“Kau ini, payah sekali, ayo masuk dan menyatakan perasaanmu.” Kataku sambil menarik tangannya.
“Hey, mereka sedang pacaran, jangan diganggu.” Kurt menghetikan langkahku.
“Persetan dengan pacaran, mereka kan belum menikah, nah menurut buku yang kubaca, hal itu sah – sah saja.” Kataku tidak mau kalah.
“Maksudmu bersaing? Kau tahu, Delano itu tinggi, berambut merah, tampan, dan gagah, mana mungkin aku menang darinya. Sedangkan aku?” Kurt mulai pesimis.
“Pendek, dengan tinggi hanya 169.5 cm, huh tinggimu tanggung sekali, berambut hitam, ceroboh dan selalu ditindas mereka? Aku membaca pikiranmu Kurt, kau pikir hal itu dapat menghalangimu dan kau tidak cocok dengan Lena? Kau salah besar.” Kataku meyakinkan Kurt. Tapi sepertinya Kurt malah semakin merasa pendek melihatku memakai heels yang tingginya hanya 5cm.
“Kau ini, memangnya bisa memberiku saran tentang cinta?” Tanya Kurt.
“Tidak, tapi psikolog bisa.” Kataku polos.
“Kau ini tidak mengerti, cinta butuh pengorbanan, harus ada yang mengalah satu sama lain agar yang lain bahagia.” Kata Kurt, tapi kali ini. gaya bicaranya seperti penyair.
“Menyedihkan sekali, untuk apa berkorban kalau untuk disakiti? Seperti kata pepatah, cinta itu lebih kejam dari pembunuhan.” Tanggapku.
“Percuma, kau tidak mengerti.”
“Hah, kau ini, hanya takut bersaing dengan Delano, mengaku saja kau.” Setelah mendengar perkataanku, Kurt menganggukan kepalanya. Dasar. Tanpa mempedulikannya, aku pergi keruanganku. Lalu aku melihat Belinda dibelai – belai rambutnya oleh Kevin, seperti anjing saja, tapi hal ini juga ada dibuku. Hmm?????
“Hmm.” Kataku sambil bertolak pinggang.
“Natalie, okay, aku akan pergi.” Kata Kevin, lalu Kevin pergi. Aku duduk, dan Belinda hanya berdandan. Aku masih bingung, bukankah membelai rambut itu, hal dilakukan pada anjing atau kucing peliharaan? Lalu aku mulai mengecek komputer, tentang perkembangan kriminalitas, bulan ini aku belum menangkap vampire kriminal kecuali Patricio dan Claudio. Hmm, memang akhir – akhir ini London aman. Mungkin bulan ini aku harus istirahat dan menahan nafsu membunuh. “Apa ada laporan kejahatan semisal perampokan atau apa?” Tanyaku pada Belinda.
“Tidak, aku justru heran, London akhir – akhir ini aman. Kau sudah mendengar isu – isu terbaru?” Tanya Belinda. Aku hanya menggelengkan kepala.
“Wolfgang Nara, dan Giovanni Diaz kembali, serta pemberontak lainnya.” Kata Belinda.
Aku hanya diam, Giovanni Diaz, untung namanya bukan Giovanni Clyde, pasti kita sudah semarga. Hmm, kalau tidak salah, ia pemberontak yang selamat dan mengerikan. Wolfgang dan Elena Nara, Helena Clearwater, Megan Diaz, dan Giovanni Diaz, mereka yang masih aktif. Oh ya, satu lagi Alessandra Wynn, dia juga. Dan setahuku yang sudah tewas Nikka Campbell, Edmund Silver dan Trisha Venn Silver. Kalau dikurangi Megan, berarti ada 5 vampire. Karena Megan simpang siur kabarnya. Bagaimana ini? Firasatku semakin hari semakin aneh, tidak buruk tidak baik. Apa yang akan kulakukan? Hasrat haus darahku tak sekental biasanya. Bola mataku semakin tajam. Sesuatu akan menimpaku, tapi apa? Apa ada hubungannya dengan kejadian akhir – akhir ini? Tidak ini berbeda, seperti sudah diatur oleh sesuatu. “Natalie? Kau tidak apa – apa?” Tanya Belinda, sepertinya ia khawatir.
“Tidak, aku hanya pusing.”
“By the way, surat lagi untukmu.”
Surat lagi????? Lalu kubuka isinya.

I’m Kidnapper.

Hah? Penculik? Mau menculikku? Canggih sekali dia. Apa ini ancaman? Ditulis dengan tinta merah dikertas ungu? Kenapa tidak dikertas hitam yang lebih keren? Pasti asal menculik, memangnya aku janda apa, warna ungu. Pasangan saja belum punya, tapi ancaman abnormal ini akan kuanggap serius. “Kenapa Natalie, surat dari pemuja rahasiamu ya?” Tanya Belinda.
“Tidak, kenapa kau menuduh begitu?”
“Kau kan berbeda, bila vampire normal aka kegirangan mendapat surat cinta, kalau kau pasti akan kebingungan kan?” Kata Belinda sambil memoles kuku dengan pewarna kuku.
“Hey kau, bukan kok.”
“Oh, keajaiban kalau kau dapat surat cinta, tapi aku suka warna kertasnya, baby purple warna yang bagus.” Kata Belinda santai.
“Eh, surat cinta itu apa?”
“Hah… sudahlah.” Katanya seperti malas menjelaskan. Aku hanya menggaruk kepalaku menandakan bingung. Ya lalu setelah itu, kujalani hidup seperti biasa, memantau keadaan lewat komputer, lalu bergantian jadwal patroli. Aku saja sampai lupa ke bandara untuk mengantar nenek dan Chantal. Sudahlah, toh perjalanan ke Paris semudah membalikan telapak tangan bagiku. Lalu sekitar jam 12.00pm, mama muncul, sepertinya baru kembali dari bandara tentunya mampir – mampir dulu. Lalu saat ia lewat mama meletakan jus darah kemejaku tanpa menyapaku. Mungkin mama masih trauma karena gagal mengagetkanku. Lalu aku meminum jus itu, hmm, yoghurt banana. Enak juga, darahnya segar. Hmm, hari ini aku bosan, toh kalau aku bolos bekerja, tak akan ada yang memarahiku. Mungkin aku harus memulai menego untuk membeli restoran itu? Hmm, aku harus keruangan mama. Lalu aku bangkit dari bangku dan pergi menuju ruangan mama. Begitu sampai, aku mengetuk pintunya dan mama menyuruhku masuk. “Mama, boleh aku minta bantuanmu?” Aku memulai topik pembicaraan. Lalu aku berjalan mendekati mama dan duduk dikursi depan meja kerjanya.
“Okay. Apa?” Jawab mama sambil membaca suatu dokumen.
“Bosan sekali hidupku, malas iya, mati tak mau, hmm, aku ingin bernegoisasi.”
“Dengan pemilik restoran itu? Okay, sendiri saja. Aku percaya kau tidak akan macam – macam.” Lalu mama meletakan berkas itu, melihatku dan menekuk tangannya.
“Okay, aku berangkat dulu, boleh kuminta proposal yang biasa kita lakukan dalam berbisnis?”
“Hmm, ya tentu, ini.” Lalu mama membuka laci dan memberiku seberkas file.
“Terima kasih mama, aku suka bisnis keluarga kita.” Lalu aku menerima file itu dan pergi. Ya, khusus untuk bekerja sama dengan manusia, proposal yang kami buat disesuaikan, dan kami sudah biasa melakukan perdagangan dengan mereka. Hal ini diluar tanggung jawab Katherine, karena ini bisnis murni keluargaku. Department vampire hanya bertanggung jawab atas keamanan dan rumah sakit, selebihnya seperti hotel, spa, mall, dan sebagainya milik keluargaku.
Lalu aku menuju tempat parkir dan mengendarai mobil Peugeot 406 ku dan segera menuju ke restoran tersebut. Tak lama kemudian, aku sampai dan memarkirkan mobil. Kalau aku sudah membeli restoran ini, akan kusediakan parkir VIP dengan tarif parkir yang ganda. Lalu aku masuk dan bertemu manager restorannya. “Hmm, maaf nona, ada apa menemui saya? Apa anda ingin komplain dengan pelayanan yang ada? Oh ya, perkenalkan, saya Kenneth Tan, maneger restoran ini.” Katanya.
“Senang bertemu dengan anda Mr. Tan, saya Natalie Clyde, sebenarnya saya ingin melakukan penawaran kecil.” Kataku. Lalu Kenneth mempersilahkanku duduk.
“Okay, hmm, Miss Clyde, benar? Apa yang bisa saya bantu?” Tanya Kenneth.
“Aku ingin melakukan bisnis akan restoran ini, melihat lokasinya yang strategis dan peminatnya yang banyak, saya ingin membeli restoran anda dengan harga penuh. Tapi anda jangan khawatir, setengah saham restorannya milik anda. Ini proposal yang mungkin anda bisa melihatnya.” Lalu aku menyerahkan proposal.
“Sebesar ini anda akan membayanya nona? Apa tidak terlalu mahal?” Katanya ragu.
“Ya, saya bersungguh – sungguh. Saya akan memodali dan merenovasi menjadi lebih baik, dan gaji pegawai lebih sejahtera, maksudku, mereka akan tetap bekerja dan diberi pelatihan kepribadian agar dapat melayani dengan hasil paling memuaskan, bagaimana?” aku meyakinkan.
“Untungnya anda datang, kebetulan karena usia saya sudah lanjut, dan saya tidak punya penerus yang sesuai, saya ingin menjualnya, untuk hari tua saya, semua saham restoran ini milik anda, menurut saya, dengan harga semahal ini, sangat tepatlah.” Katanya.
“Anda yakin?”
“Ya, saya sudah tua, cukup menikmati dana hari tua saja sudah cukup bagi saya.”
Ya, memang kondisi fisik Kenneth sudah tua dan seharusnya tidak bekerja, kecuali dia vampire yang bisa hidup ratusan tahun.
“Deal?” Aku lalu mengajaknya bersalaman.
“Deal.” Katanya lalu kami bersalaman. Tentu aku sudah melakukan persiapan, aku lalu tepuk tangan 2 kali lalu para pelayanku membawa 3 koper yang berisi uang cash.
“Mr. Tan, aku tidak menggunakan check untuk meyakinkan anda, ini bayarannya, kalau anda kurang yakin, anda bisa membawa uang – uang ini ke bank dan mengecek keasliannya.” Kataku dengan penuh wibawa.
“Saya akan menyiapakan semuanya, berkas – berkas penting restoran ini.” Katanya lalu masuk keruangan. Lucu juga aku melakukan transaksi dikursi para pembeli, ada yang lagi makan lalu ketika koper dibuka langsung bereaksi dan melihat kearah uang, ada yang asik dengan makanannya, dan lain – lain. Tak lama Kenneth kembali lalu kami melakukan transaksi. Setelah itu, Kenneth mengenalkan para pegawainya, mereka ramah, walau aku tetap harus memberi pengajaran soal kepribadian. Kenneth menjelaskan, rata – rata mereka dari desa. Hmm, setelah melakukan perbincangan lalu aku pergi dan kembali ke markas. Aku lalu menjelaskan pada mama tentang transaksi. “Murah sekali kau membelinya.” Komentar mama.
“Huh, manager itu saja sudah sangat bersyukur dan terkaget – kaget dengan harga segitu.” Kataku santai.
“Okay, mungkin kau akan bolos besok. Bina restoran itu, okay? Sebijaksana mungkin, jangan seesaknya kau menaikan harga menu makanannya, ingat konsep, ini bukan restoran bintang 7 yang biasa kau kunjungi.” Ceramah mama. Aku hanya mengangguk, aku sadar harus melihat situasi. Lalu perasaan itu muncul. Sebenarnya saat direstoran tadi, aku merasa ada yang mengawasi, dan sekarang aku merasakan hal itu lagi. Siapa ya? Sudahlah. Setelah aku berbincang – bincang dengan mama, aku lalu pergi makan ke restoran lantai 3. Bukannya aku lapar, tapi aku menuju dapur untunk mengetahui kualitas makanan, maklum ini pertama kalinya aku terjun sendiri dalam bisnis yang biasanya ditemani mama. Lalu aku minta koki andalanku untuk menjelaskan semuanya. Mulai dari tips, cara menyajikan, dan rahasia – rahasia lainnya, karena dari semua restoran vampire yang ada, restoran ini berserta cabangnya yang paling enak. Ada mungkin 2 jam aku belajar semuanya tak terasa aku lapar, lalu aku masak makannanku sendiri. Aku duduk dikursi pengunjung, jadi tidak makan didapur, saat aku makan dengan tenang, tak lama kemudian, teman – temanku datang, ada Belinda, Melinda, Delano, Kurt, Lena, Romeo, dan bahkan Elisa, hah? Elisa? Bukannya di pergi ke, ah sudahlah.
“Hmm, teman – teman, kita harus tenang dan membiarkan Natalie makan dengan tenang.” Kata Melinda.
“Ada apa ini?” Kataku.
“Hmm, mungkin kau sudah tahu pikiran kami.” Kata Romeo, aku baru mendengar suaranya lagi sejak sekian lama.
“Ingin voucher discount direstoran baruku? Okay, hanya kalian yang akan kuberikan.” Kataku santai, mungkin mereka senang.
“HURRAY!!!!” Kata mereka kompak, ada yang saling tos, ada yang ekspresinya senang sekali, dan lainnya. Dasar, urusan makan, cepat sekali tanggapannya, sudah kuduga, mereka tahu dari saluran gossip, saat mama bilang ke Katherine, Kat langsung mengumumkan, ini sudah biasa. Mereka berusaha dapat diskon sebelum membayar dengan harga aslinya yang menguras kantong, padahal kan, harga di restoran baru itu tidak akan extravaganza. Lalu mereka pergi, dan aku melanjutkan makanku, tunggu, ada yang mengawasiku, lalu aku melihat kesekeliling. Mencurigakan sekali. Setelah kulihat jam ditanganku, sudah jam 04.00pm, ya setelah selesai makan aku pulang. Saat mengendarai mobilku, aku menelepon kaki tanganku untuk merenovasi restoran itu besok. Lalu aku pulang. Dalam perjalanan tidak ada yng menggangguku, aku pulang dengan keadaan lancar. Tak lama sampailah dirumah. Lalu aku masuk dan mandi, makan malam, lalu aku main catur dengan mama di gazebo. “Hmm, kau ini pintar sekali, Natalie.” Kata mama yang sedang berfikir keras karena sudah diujung tanduk nasib pion – pion caturnya. “Mama, apa akhir – akhir ini, kau merasa aneh?” Tanyaku padanya.
“Jangan berisik! Hmm, tidak sih.” Mama ingin memajukan pion kuda, tapi tidak jadi, benteng, juga tidak, mau mama memang memajukan apa? Selama permainan kami tentu tidak membaca pikiran. Apa mungkin hanya perasaanku saja, aku tidak punya body guard untuk mengawasiku, atau apapun, tapi sepertinya ada yang melihatku dari jauh. “Kau kenapa memang? Ada yang menggangu?” Tanya mama kemudian.
“Tidak.” Jawabku.
“Sudah, aku menyerah. Berjalan kemanapun, pasti kalah juga.” Kata mama. Aku hanya tersenyum licik. Sudahlah, toh bila kutanya, mama tidak akan menjawab. Lalu aku bangun dari kursi dan kembali kekamar. Aku lelah ingin tidur. Huh, lalu aku masuk kamar dan merebahkan badanku dikasur. Tak lama mataku tertutp dan aku tidur.
Keesokan harinya…
Tak terasa sudah pagi lalu aku bangun. Lalu kudengar suara ketukan pintu seperti biasanya, dan kali ini, Nina yang mengantarkan sarapan. Seperti kegiatan pagi sebelumnya, sarapan, minum vitamin, mandi, melulurkan krim, dan lainnya. Lalu aku melihat jadwal, hari ini tanggal 21, artinya saatnya pergi ke spa untuk luluran, facial, dan mempercantik diri. Aku walaupun sadis, setiap pulang kerumah, selalu mencuci muka, terkadang memakai masker di akhir pekan. Lalu kali ini aku memakai celana jeans ¾, sneakers, dan tank top serta bolero. Lalu aku berangkat, kali ini aku mengendarai Mercedes Benz Tiger. Memang mobil lama, tapi klasik, aku suka. Rata – rata mobil koleksiku mobil tua semua, mobil sport yang kupunya tidak banyak. Ferrari, Lamborghini, Porche, BMW, Mercedes Benz, hmm, beberapa buatan Jepang, entahlah, aku tidak hapal. Hobby, yang kupunya salah satunya mengkoleksi mobil, aku punya museum mobil sendiri, dan montir khusus untuk merawatnya. Tapi sudahlah, lalu aku langsung menuju restoran tersebut. Ya, para pekerjanya sudah siap, arsiteknya juga ada, tapi nanti rancangannya aku sendiri yang membuat. Lalu aku parkir dan menyuruh agar mereka menutupi seluruh bangunan dengan kain, karena kerja manusia dan vampire 2 kali lebih. 2 – 3 hari kutargetkan sudah selesai, mungkin kalau manusia, butuh sebulan lebih. Lalu aku menyuruh mereka mengeluarkan seluruh barang – barang seperti kursi, meja, dan lainnya, untuk dijual, dan hasilnya untuk tambahan bayaran bagi para tukang bangunannya. Lalu mereka mulai mengkerok cat dilantai satu, dan membokar lantai dilantai dua. Lalu aku memberikan gambaranku tentang design restoran yang kuinginkan. Setelah urusanku selesai, aku menuju spa yang tentunya milikku. Entah mengapa, aku sedang tidak bersemangat, seharusnya, saat membunuh Patricio, aku memenggal kepalanya saja. Mungkin aku akan senang dari pada merobek jantung dan ususnya. Lalu sekitar 15 menit aku sampai. Aku lalu memulai treatment dengan memanjakan tubuhku, lalu memanjakan wajahku, dan terakhir perawatan rambut. Sekitar 3 – 4 jam aku selesai. Setelah itu baru kekantor. Bahagianya diriku karena bisa masuk keluar kekantor sesuka hati. Saat berada diruangan, lalu Belinda bertanya padaku, “Dari mana? Spa?” Tanya Belinda. Aku hanya mengaggukkan kepala. Lalu aku melihat hal yang terjadi hari ini dikomputer, lagi – lagi tidak ada yang bisa kuhajar, semua damai dan tentram. Bosan sekali, paling hanya kerusuhan di Evangels, dan perampokan kecil, dan aku malas menanganinya. “Hmm, Natalie, surat lagi.” Kata Belinda sambil menyerahkan lembaran kertas berwarna lembayung??? Kemarin ungu, sekarang lembayung??? Lalu aku membaca isinya yang ditulis dengan tinta hitam.

Dear Natalie

Aku datang lagi, bukan untuk menakutimu, tapi aku selalu mengawasimu, mungkin kau akan terkejut tapi kita akan bertemu. Untuk kedua kalinya aku memberimu surat.
Aku akan datang, menghampirimu, dan menculikmu.

Kidnapper.

Lalu aku melihat kesekitarku. Tidak ada siapa – siapa. “Sebenarnya kau dapat dari mana surat ini?” Aku bertanya pada Belinda.
“Hmm, kutemukan saja didepan rumahku, ada tulisan tolong berikan pada Natalie. Begitu.” Jelas Belinda.
“Hmm, mencurigakan, akan kuperiksa lagi keamanan Jetsetter Residence. Akan kutelepon bagian keamanannya.” Lalu aku segera menelepon bagian keamanan. Dan setelah bertanya pada kepala keamanannya, akhir – akhir ini tidak ada apa – apa dan aman. Lalu kuperintahkan untuk memperketat penjagaan. Setelah menelepon lalu Belinda bertanya padaku, “Memangnya apa isi suratnya?” Tanya Belinda penasaran, lalu aku duduk dan menjawab, “Bukan hal penting, kau tak perlu cemas.”
“Bohong. Iya kan?” Belinda tetap berusaha ingin tahu. Aku diam saja dan mengecek komputerku untuk melihat kemungkinan yang terjadi tentang siapa yang mengancamku.
“Hey, Natalie, coba lihat ini.” Belinda lalu memperlihatkan foto padaku. Aku diam saja dan sepertinya mengenali siapa yang ada difoto itu. “Tampan bukan?” Kata Belinda.

No comments:

Post a Comment