Wednesday, April 7, 2010

6. Treak or Treat

6. Treat or Trick…
Hmm, dasar Katherine, walaupun idenya memalukan tapi aku suka.
Romantis memang bila adegan ini dilakukan disebuah sinetron.
Ha – ha…
“Okay, semuanya, sudah diatur dan semoga lancar, apa kalian sudah paham? Sallie, Shellie?” Tanya Katherine.
Sallie dan Shellie hanya menganggukan kepala.
“Tapi, Patricio, akan susah bukan? Berbeda dengan Claudio, yang tubuhnya belum sempurna.” Celetuk Lucifer tiba – tiba.
“Maksudmu, Luc?” Tanya mama.
“Mirabella, kau tahu kan, mereka meminum darah werewolf?” Celetuk Lucifer lagi.
“Oh, ya lalu? Hmm, sebentar, perasaanku, kita belum membicarakan hal ini bahwa mereka mendapat kekuatan karena meminum darah dan memakan daging werewolf?” Tanya nenek.
“Azalea, kau ini memang pikun atau apa, tadi kan kita membahasnya?” Kali ini Lucifer mulai panik dan mencoba improvisasi, dan hal itu tidak akan berhasil dimataku.
“Data ini memang menjelaskan bahwa mereka meminum darah dan memakan daging werewolf, tapi belum aku bahas. Kau tahu dari mana? Lucifer?” Katherine juga menanyakan hal ini pada Lucifer dengan penuh kecurigaan.
“Aku yang memberi tahunya.” Kataku spontan.
“Ya, Nathalie yang memberi tahuku tadi.” Lalu Lucifer langsung melampiaskannya padaku.
“Hey, Natalie, bukan Nathalie.” Aku protes.
“Sudahlah, apa rapatnya bisa diselesaikan lebih cepat?” Kata Lucie tiba – tiba, yang sepertinya bosan.
“Ya, okay, dengan ini kunyatakan rapat selesai.” Kata Katherine.
Lalu aku menatap Lucifer dengan tatapan tidak bersahabat. Lalu saat semua keluar, aku menarik Lucifer untuk ikut denganku. Lalu aku mengintrogasinya di lorong kantor.
“Natalie, apa yang ingin kau lakukan?” Tanya Lucifer.
“Luc, kau tahu aku tak bermaksud membelamu, sekarang katakan padaku, mengapa kau mengetahui hal ini.” Aku mengancamnya sambil menarik kerah bajunya dan memojokinya didinding.
“Aku, hmm, aku…”
“Lucifer,” Kataku sambil memelototinya tentunya dengan ekstra kepalan tangan yang sudah siap.
“Natalie tolonglah.” Lucifer memelas.
Aku hanya memelototinya, dan ia mengatakan hal aneh.
“Bukan aku, kumohon, bukan aku, ini ulahnya, vampire itu, yang merasuki pikiranku…”
“Siapa? Ayo katakan siapa!!!”
“Ed… Ed… Ed…”
“Ed? Maksudmu?”
“Edmund, dia…”
“Siapa??!!”
“Trish… Trisha…”
“Siapa mereka??!!”
“Pasangan mengerikan itu… maaf aku…”
Lalu ponselku berdering. Huh…
“HALO???” Jawabku ketus.
“Natalie, kau dimana?” Ternyata Belinda.
“Apa maumu? Kenapa kau selalu menyusahkanku??”
“Eh, aku mengganggumu? Kau harus kembali keruanganmu.” Belinda memberi tahu. Lalu aku tutup ponselku dan berkata pada Lucifer, “Urusan kita belum selesai, camkan itu.”
Lalu kau meninggalkannya dalam keadaan ketakutan, lelaki macam apa dia? Kurasa dia hemofrodit.
Lalu aku segera menuju ruanganku.
Sesampainya diruanganku, aku menghampiri Belinda.
“Ada apa Belinda?”
“Natalie, hmm, ini.” Lalu Belinda menyerahkan sepucuk surat berkertas hitam dan tulisan putih, kukira ini karbon, ternyata bukan.

Jangan kau kira urusan kita belum selesai, ingat itu.
Aku bukan peneror atau ingin menerormu, percayalah, kau sudah lulus ujianku, dan surat ini akan sangat berguna dikemudian hari. Aku tidak peduli kau ingin mencerna perkataanku padamu dengan arti yang seperti apa.
Percayalah. The Swan sangat membantumu dikemudian hari.

Salam,
The Swan.


Oh my fuck!!!
Jadi ia belum puas, apa ia merasa cantik sampai menggunakan kata – kata ‘The Swan’? Tapi memang aneh sih, mungkin memang surat ini akan berguna. Ya sudahlah. Lalu aku meletakan surat ini dilaci mejaku.
“Apa kau membacanya, Belinda Adam?” Tanyaku pada Belinda.
“Tentu tidak, aku mana berani membacanya. Apalagi berurusan denganmu.”
“Bagus. Aku tahu kau mengerti, Belle.” Kataku pada Belinda. Lalu ia hanya tersenyum simpul.
Lalu aku duduk dan berfikir sejenak tentang kejadian yang kualami selama ini. Aku menaikkan kakiku keatas meja. Hmm, mulai dari pernyataan Chantal, yang nyatanya ia bukan vampire, bahkan orang – orang dirumahnya, lalu gadis bernama Savanna. Siapa juga gadis itu? Hmm, kemunculan Xavier tiba – tiba, patut dicurigai, ya aku memang tidak pernah percaya pada siapapun termasuk keluargaku. Dan, aku lupa, apa yang dikatakan Lucifer tentang Edmund dan Trisha, kalau yang dimaksud adalah Edmund Silver dan Trisha Venn Silver, berarti mereka adalah pemberontak berbahaya zaman dahulu, setahuku meraka telah mati, ya,pasangan suami istri gila itu. Hmm, ini semakin aneh dan tak wajar. Lalu aku harus bagaimana? Membunuh mereka semua bukan jalan keluar yang tepat. Mungkin aku memang harus fokus pada rencana gila Katherine.
Lalu tiba – tiba, Sallie mendatangiku. ”Natalie, hmm, bisakah menolongku?”
“Sallie, ada apa?”
“Hmm, aku ingin berkeliling kota London.”
“Shellie mana? Kau ingin memperhitungkan strategi dan titik – titik tempat yang bagus untuk penyerangan?” kataku mulai serius.
“Shellie, dia sedang bersama Katherine, untuk membicarakan sesuatu, hmm, bukan itu tujuanku berkeliling kota.”
“So?”
“Aku hanya ingin membeli beberapa souvenir. Ya sekalian begitu juga tidak apa – apa.”
“Lupakanlah, ajak saja asistenku ini,” lalu aku menunjuk pada wanita disampingku yang kebetulan Belinda yang sedang mengaca dan sedikit berdandan, tepatnya mengoleskan lipstick kebibirnya.
“Eh, aku?” Belinda langsung menengok.
“Ya.” Jawabku, “Sal, kau pergilah dengan gadis itu namanya Belinda.” Lanjutku lagi.
Lalu Belinda berdiri dari kursinya, “Selang bertemu denganmu, Miss. Zee. Aku Belinda, Belinda Adam.” Kata Belinda sambil menujulurkan tangannya.
“Hallo, Miss. Adam. Hmm, Thumbelina.” Kata Sallie, saat mereka berjabat tangan.
“Thumbelina?” Belinda bingung. Lalu mereka melapas jabatan tangan mereka.
“Oh, aha, kau seperti Thumbelina maksudku.” Kata Sallie lagi, kali ini ia tersenyum. Aha-ha, Belinda memang pendek, dan kecil, walaupun masih dalam batasan normal, intinya ia pendek.
Belinda hanya terseyum dalam ekspresi jengkel. “Belinda, ajak dia berkeliling kota, ya kurasa kalian akan cepat akrab.” Celetukku. Lalu mereka pergi entah kemana. Ya hari ini kulalui hari kerjaku seperti biasa, mengadili kasus yang ada, berpatroli, dan sebagainya. Ya hari ini aku di kantor sampai jam 07.00pm. Yang biasanya jam 05.00pm, atau jam 06.00pm paling telat, sekarang sedikit lebih lama. Setelah semua pekerjaanku beres, aku pulang dengan mobil BMW Seri 7 punyaku.
Lalu aku pulang ke Forbidden Hills. Dengan speed sedang aku melaju. Lalu tak lama kemudian, aku sampai dipintu gerbang perumahan ‘Jetsetter Residence’. Lalu satpamnya memperbolehkan aku masuk, lalu aku segera menuju daerah kelas teratas dan terelit di ‘Jetsetter Residence’ tepatnya Forbidden Hills. Kalau melihat London yang sekarang, kata mama sangat berbeda, dulu para vampire masih berceceran tinggalnya, sekarang telah dikelompokan, disini. Untung saat itu, mama membangun perumahan ini. Tak lama aku sampai di rumah terbesar No. 1, yakni rumahku. Di Forbidden Hills hanya terdapat lima rumah.
Lalu melihat mobilku datang, pintu gerbang langsung dibuka dan aku langsung kedepan lobby utama rumahku dan turun dari mobil, dan seperti biasa, aku menyuruh pelayanku untuk memarkirkan mobilku. “Nyonya Muda. Ini ada teman anda menunggu diruang tamu anda.” Kata Fiona. Ya dirumah ini, aku, mama dan nenek mempunyai ruang tamu yang berbeda.
“Siapa?”
“Miss Adam, dan ia ditemani Nina saat ini.” Terang Fiona lagi.
“Terima kasih Fiona. Huh…”
Lalu aku menuju ruang tamu. Pasti dia akan menangis tidak jelas lagi, aku sudah capek dan mungkin menyesal punya kenalan seperti dia.
“Nyonya, ini teman anda, hmm, saya tinggal dulu ya.” Kata Nina, dan kulihat minuman Belinda sudah habis, dan dipinggir bibirnya masih ada bekas sisa minumannya, hmm, berarti ia sedang panik.
“Belle? Ada apa?” Tanyaku.
Lalu Belinda berbalik badan dan menangis, lalu ia memelukku. Tetapi aku tidak membalas memeluknya, menurutk itu tidak perlu dan tidak penting.
“Kevin, dia…” Responya sambil menangis.
“Mati? Sudahlah, itu takdir.” Kataku asal tebak tanpa membaca pikiran karena pasti aku akan pusing mendengarnya.
“Bukan, dia…”
“Terluka, cacat, teramputasi? Atau jatuh miskin? Huh nasib itu namanya.”
“Ah, kau ini kejam sekali, dia selingkuh.”
“Oh, itu istilah tenar menyeleweng ya?”
“Huh, kau ini, ya, itu maksudku.”
“Huh, karena minumanmu sudah habis, ayolah kekamarku.” Kataku untuk pertama kalinya mengajak teman kantor ke kamarku. Lalu Belinda melepasku, dan segera menuju kamarku, jujur sebenarnya aku tidak sudi mengajaknya kekamarku, tetapi karena aku sudah lelah, ya mau bagaimana lagi, diperjalanan kekamarku, ia hanya mengusap air matanya. Lalu akhirnya kami sampai dikamar. “Wow, look at you room, it’s bigger than your guess room.” Katanya dengan heboh. Lalu ia melihat – lihat. Sudah kuduga, dia akan norak dan berlebihan, seharusnya memang tidak kuajak kesini. “Kamar mandimu bahkan lebih besar dari ruang tamumu tadi, dan lebih besar dari kamarku. Pasti sangat nyaman mandi disini dengan ‘Jacuzzi’ milikmu. Hmm, nuansa kalsik nan gothic, dipadukan dengan warna hitam, merah dan sedikit ungu, hmm, abu – abu juga, ini luar biasa.” Kata Belinda lagi.
“Sayangnya hal itu tak akan kubiarkan, mama dan nenek saja tidak boleh berendam dibenda itu, apalagi kau, ayo duduk sini.” Lalu kupersilahkan Belinda duduk di sofa depan tempat tidurku. “Jadi, kau kenapa?” Aku mulai bertanya.
“Hmm, pertama, aku benar – benar menginginkan tempat tidurmu yang king size, hmm, pasti nyaman tidur disitu,”
Lalu aku hanya menatap Belinda, dengan tampang menakutkan menandakan agar ia serius.
“Oh, okay, aku melihat Kevin… hiks, hiks, mencium wanita lain… hiks, heu – heu…” Belinda mulai mengis lagi.
“Tunggu, maksudmu apa? Aku tak mengerti, mencium gadis lain, maksudnya ia kanibal menghisap darah orang lain begitu?”
“Oh, Natalie, kau ini, maksudku ketika kedua pasangan pria dan wanita, hmm, bibirnya bertemu satu sama lain, apa kau paham?”
“Entahlah, anggap saja paham walau aku tidak megerti. Begini, kalau kau sakit hati, lebih baik kau lampiaskan kekesalanmu dengan membunuhnya, gampang kan?”
“Gila, aku tidak mau seperti itu. Itu jahat namanya.”
“Hah? Membunuh adalah hal yang mudah. Tapi aku mendapatkan point penting kenapa kau sebegitu sedihnya.”
“Eh, apa?”
“Hmm, alasan kau terlihat lebih gemuk saat ini, kau, hmm, hamil anaknya Kevin?” Tanyaku dengan wajah tak berdosa.
“Hey Natalie! Kau kira aku wanita seperti apa?” Belinda lupa akan tangisannya dan malah emosi, apa kata – kataku tadi menyinggung?
“Tunggu, aku hanya meniru kata – kata Koran tadi pagi. Kebetulan, saat aku sarapan, artikel korannya tentang ‘Pernikahan Hasil Kecelakaan Dikalangan Remaja Vampire’, jadi apa kau seperti itu?” Tanyaku dengan penuh harapan. Entahlah, kenapa aku harus senang bila Belinda terkena musibah. Tapi jujur itu hiburan untukku.
“Kenapa aku berharap seperti itu, hmm, ya aku tidak begitu, kau pikir aku wanita seperti apa? Aku ini bermoral.”
“Lalu, kau memang terlihat lebih gemuk akhir – akhir ini.”
“Aku makan 5 kali sehari, yang biasanya 4 kali, jadi 5.”
“Oh, wajarlah, hmm, tinggi 164.5, berat ya 50kg, hmm ya memang pantas lah kalu dipanggil…”
“Dipanggil apa?”
“Boncel, eh, maksudku, Thumbelina, yang lebih keren lah.”
“Sialan kau.”
“Tapi kata Elisa, di Indonesia segitu ideal lho.”
“Huh, kau ini. Boleh ya aku menginap malam ini.”
“Tidak.”
“Eh kenapa?”
“Karena kau telah bilang ‘sialan’ padaku, dan kau tak boleh menyicipi tempat tidurku, sana pulang!!!” Nada yang kupakai berubah galak.
“Eh, tapi…”
aku hanya menatapnya dengan pandangn tidak bersahabat. Lalu akhirnya ia pulang dengan sendirinya. Lagi pula aku ingin istirahat, karena besok rencana Katherine saat rapat sudah mulai terlaksana. Lalu aku mengganti pakaianku dengan piyama.
Hmm semoga, aku tidak bermimpi aneh lagi…
Keesokan harinya…
TOK-TOK TOK. Aku mendengar ada yang mengetuk pintu. “Nyonya Muda, ini sudah pagi.” Terdengar suara Fiona membangunkanku. Lalu aku mendengar pelayanku itu masuk, aku hanya berpura – pura tidak mendengar. Lalu Fiona menaru sarapanku dimeja dekat tempat tidurku.
“Permisi, Nyonya, maaf, waktunya sarapan.” Kata Fiona lagi.
“Huam… kau ini, mengganggu saja.” Lalu aku bangun dan mulai mengucek mataku.
Lalu Fiona hanya berkata, “Permisi Nyonya,” sambil membungkuk dan hanya pergi. Huh, lalu aku memakan makananku. Hmm, sarapan kali ini, lasagna, dan darah susu. Lalu aku segera menghabiskan sarapanku, lalu mandi dan segera bersiap ke lokasi yang dirapatkan kemarin. Saat aku keluar rumah, moge Harley Davidson milikku sudah siap didepan pintu. Ya kali ini aku naik moge. Lalu aku segera menuju daerah perhutanan England. Didekat sana ada café ‘Vegabella; Coffee and Milky’ milik Katherine.
Lalu aku melihat, Sallie dan Shellie, serta Katherine, tanpa si pecundang Lucifer. Huh, aku sangat curiga, aku sudah memperhintungkan hal ini. Hmm, tanpa panjang lebar, aku langsung masuk. “Natalie, hey, kau ini lama sekali datangnya?” Sambut Katherine. Aku hanya tersenyum dan langsung duduk.
Lalu Katherine menjelaskan posisi masing – masing. Seperti biasa, pasti aku lokasinya selalu ditempatkan ditempat berbahaya, barisan terdepan. Lalu aku melihat sekeliling, kupikir yang bekerja hanya wanita, ternyata Katherine juga membawa pasukan patroli. Baguslah, ada Delano, Kurt, dan beberapa pria lain, hebatnya wanitanya hanya kami berempat. Lalu aku dan tiga pasukan pria yang disiapkan untukku berangkat ke hutan, Romeo, Delano dan Kurt. Dan aku mengambil posisi yang bagus untuk mengintai, kabarnya memang, Ernesto Bersaudara itu akan melintas disini, untuk menghindari daerah perkotaan. Aku memanjat pohon besar dan duduk ditangkainya yang tebal, untungnya kali ini aku memakai celana jeans dan sneakers, jadi memanjat lebih mudah. “Natalie, semuanya sudah diposisi masing – masingkah?” Tanya Katherine melalui wireless.
“Ya, semuanya beres. Sallie sudah memasang jebakannya?” Jawabku.
“Semua beres.” Tanggapnya.
Lalu aku hanya menunggu dan waspada. Dari pada memikirkan hal yang tidak – tidak, aku kembali memikirkan kejadian aneh belakangan ini. Hmm, aku berfikir sejenak, sikap keluargaku memang aneh. Huh, ditambah Belinda yang membuat semuanya pusing, aku benar – benar hatus mencari partner baru. Lalu aku merasakan hawa lain, apa mereka datang, whuzz, seperti ada yang lewat, lalu aku langsung melaporkan kejadian ini pada Katherine, “Apa? Okay, kita akan bersiap.” Katherine sepertinya kaget, wajar saja sih, aku saja kaget. Lalu aku dan Delano, tentu yang berbadan besar yang kuajak, menyusul kearah benda yang bergerak cepat tadi, sementara Kurt dan Romeo tetap diposisi. Lalu kami segera berlari cepat dan menemukan Claudio terperangkap didalam jaring laba – laba yang dipersiapkan Katherine. Ya idenya adalah, jaring laba – laba yang entah dari mana Katherine dapatkan dipasang dibeberapa titik yang memungkinkan mereka lewat, lalu kami berjaga hanya untuk mengelabui mereka, dan berhasil, yang jelas Sallie dan Shellie sitangan kreatif yang mengerjakan ini. Dan tentu jarring itu lengketnya luar biasa mungkin Katherine menggunakan lem super atau mungkin ada campuran air liur? Bukan urusanku yang jelas. “Huh, ternyata kerja kami tidak sia – sia, ia kan Shellie?” Tanya Sallie. Shellie hanya tersenyum. Aneh, kemana Patricio? Kenapa Claudio saja, tunggu, kalau tidak salah, aku merasakan hawa yang berbeda, karena aneh sekali kalau mereka tertangkap dengan mudah, ada 3 vampire. Bukan, 4, 4 vampire. Kalau Claudio tertangkap berarti tinggal 3 orang, “Delano, ikut aku.” Perimtahku pada Delano, lalu Delano mengikutiku. “Kita mau kemana?” Tanya Delano.
“Apa kau tidak merasa aneh, Delano Fernando Mustang?”
“Wow, kau hafal dengan namaku, well, ya, memang, aneh rasanya kalau semudah ini.” Kata Delano.
“Aku tahu kau itu pemikir yang pintar, but, sayangnya kau hanya well, tukang berduaan dengan Lena.” Kataku.
“Hah? Tukang berduaan? Bahasamu aneh, hanya megucapkan tukang pacaran saja susah.”
“Eh, pa…, apa?”
“Sudahlah, look, apa itu?” Delano lalu berhenti. Aku melihat ada 3 vampire, hmm, Patricio seperti sedang berbicara dengan seseorang, tunggu siapa itu? Ia membelakangi pengelihatanku dengan melihat punggungnya, badannya besar, sepertinya aku mengenalinya, hmm, atau jangan – jangan dia…
“Natalie, mereka bergerak!” Seru Delano spontan, lalu mereka entah pergi karena merasakan hawa kami atau apa? Lalu kami mengikuti lagi. Lalu mereka berpencar, Patricio sendiri, dan 2 yang lainnya pergi, “Delano, kau ikuti mereka, suruh Romeo dan Kurt juga, okay? Biar Patricio aku yang tangani.” Perintahku. Lalu kami berpencar setelah Delano mengangguk. Lalu aku mengikuti Patricio, mungkin sekitar 2 menit lah, ia berputar – putar menyita waktuku. Lalu ia berhenti. “Natalie, keluar kau.” Katanya, hawa yang kurasakan berbeda, apa inikah Patricio yang sebenarnya?
“Kau lebih kuat ya? Ernesto?” Tanyaku.
“Well Clyde, kau harus tahu, aku bukan yang kau kira.” Katanya sombong.
“Arrogant sekali kau? Okay, kalau kau kalah, itu hal yang memalukan, dan kau membuang Claudio begitu saja, menyedihkan.”
“Ha, ya, dia sudah tidak berguna lagi, apa kau tahu itu, aku hanya bisa memanfaatkannya disaat – saat terakhir.” Katanya santai.
Lalu gigi taringku meruncing selayaknya vampire, dan kukuku memanjang selayaknya pedang, melihat hal itu, Patricio melakukan hal yang sama. Lalu kami mulai saling menyerang, kuku kami beradu selayaknya pedang samurai. “Apa kau tahu Natalie, aku memberi penghargaan padamu karena berhasil mencopot gigiku, untung bukan gigi taring, tetapi gigi disebelah gigi taringku.” Celetuknya.
“Hah, so what?”
“Kalau kau merontokan gigiku, kau dapat voucher diskon.”
“Apa peduliku, aku sudah memiliki semuanya, hanya tinggal membunuhmu.”
Lalu kami saling menyerang lagi, aku menguncinya di pohon dan berniat menusuknya, tapi ia berhasil melepas pengkuncianku, lalu secara spontan aku salto dan mengambil kuda – kuda. Lalu ia mulai menyerang lagi dan kali ini, ia mulai menendang, lalu aku menangkisnya, dan ia berhasil mengunciku kepohon. “Kau mengerikan, ha-ha, bagaimana kalau kau memberikan luka gores kewajahmu?” Ejeknya, lalu ia berusaha menggores wajah mulusku ini. “Tidak… ada… yang boleh… me…rusak… WAJAHKU!!!!” Lalu aku memberontak dan menendang perutnya hingga terpental dan ia terpelanting kepohon besar. “AAA…. Kau wanita gila.” Katanya merintih dan berusaha bagun. Lalu aku menghampirinya dan menginjak lehernya. “Kau pria tak berdaya, jelek.” Ejekku.
“Jadi kau ingin membalas ejekanku, huh.” Katanya tetap sombong, lalu aku jongkok, dan berkata, “Bagaimana kalau aku membunuhmu?”
“Hasta la Vista, Baby… Arghh… AAAAA….” Ia berteriak karena aku menusuk jantungnya dengan kukuku, lalu aku menggerakan tanganku kebawah dan merobek jantungnya sampai keusus 12 jari. Dan Patricio tewas oleh tanganku. “Huh, selesai. Seharusnya itu ucapanku, Hasta la Vista, BABY!!!” Lalu aku pergi dan menyuruh Romeo untuk membawa jasadnya, tentu dengan menghubunginya dengan wireless. Dan lalu aku pulang dan membersihkan diri. Aku sudah tidak peduli akan itu semua, dan dengan wajah tanpa dosa aku sudah sampai di rumah dengan bahagia. Lalu aku meminta Fiona untuk melakukan manicure and pedicure agar kukuku tetap bersih tanpa noda darah, lalu aku melakukannya dipinggiran kolam renang mewah di halaman belakang rumahku, ya, Fiona ahli dalam hal ini. Lalu setelah bersiap, aku mulai bersantai dan istirahat.
Keesokan harinya aku ke markas dan menuju lantai 2 dibagian pengadilan. “Selamat datang, Nyonya Muda.” Sambut resepsionisnya, dan seperti biasa aku lupa namanya, walaupun ia memakai tanda pengenal, aku malas membacanya, lalu aku menuju ke pengadilan. “Natalie, kau datang, hmm, Claudio akan dipindahkan ke Evangels Jail.” Kata Lucifer menyambut kedatanganku.
“Evil Angels Jail. Singkatan dari Evangels Jail. Aku suka nama itu.” Kataku, ya, karena aku yang memberi nama Evangels tersebut.
Lalu aku masuk kepengadilan dan duduk sebagai saksi. Lalu kulewati sidang membosankan ini. Dan sampai akhirnya aku berbicara, dan aku hanya mengatakan hal normal, bahwa akulah membunuh Patricio, dan aku hanya mengaatakan pada Caludio bahwa, Patricio hanya memanfaatkanya, tapi ia tidak pecaya, dan sempat memerontak. Ia malah meminta agar aku dibawa ke penjara Evangels. “Dasar kau bodoh, Claudio, tidak ada yang berani memenjarakanku, dan aku bebas membunuh.” Kataku. Akhinya, Claudio hanya diam, lalu setelah 1 jam 30 menit yang membosankan kulewati dan aku tidak mengantarkan Claudio ke Evangels. Evangels Jail terletak di pulau buatan terpencil ditengah laut. Jadi memang kemungkinan untuk kabur hanya 5%. Kecuali ada makhluk bersayap yang menolong. Setelah itu, aku menuju Natalie Restaurant dilantai 3. Ya, restoran itu bernama ‘Natalie’ didepannya karena memang design dekorasinya, makanannya, cara penyadiannya, semuanya adalah sesuai seleraku. Mewah dan berkelas. Lalu mama dan nenek, serta para vampire Swiss makan disitu. Lalu aku memesan udang bakar darah dan minumnya darah segar. Appetizer kami adalah roti sandwich yang ringan agar kami tidak kenyang, lalu untuk dessert, aku memesan pudding blueberry. Setelah semuanya berjalan lancar Lucifer berencana kembali ke Swiss, sedangkan si kembar Sallie dan Shellie, melakukan pertukaran pegawai dan bekerja disini. Entahlah siapa yang dikorbankan ke Swiss. Lalu setelah makan, Lucifer berangkat ke bandara tanpa kuantar, ya datang tanpa dijemput, pulang tak diantar, huh, malas sekali mengantar jemputnya, untuk vampire sekelas Lucifer. Lalu karena jenuh, aku berjalan – jalan dengan mobilku, BMW Seri 7. Mobil hitamku ini sanagat kurawat karena menurutku ini mobil mewah. Lalu aku mengajak Shellie untuk ikut denganku, ya jalan – jalan tidak masalah kan?
Lalu ditengah perjalanan, Shellie bertanya hal yang menurutku aneh.
“Natalie, apa aku boleh bertanya?” Tanya Shellie. Aku hanya mengagguk.
“Apa vampire sepertimu punya sahabat?”
“Apa maksudmu, Shellie?”
“Ya, Belinda, apa dia sahabatmu?”
“Well, katanya dia memang menganggapku begitu, tapi aku tidak.”
“Why?”
“Shellie, Belinda bilang padaku, sahabat adalah yang dimana selalu mengerti, memaafkan, dan menemani serta mendukung bagaimanapun keadaan kita, dan berbagi curahan hati.” Jelasku, lalu aku menghela nafas, “Tapi, ridak ada yang namanya sahabat menurutku.” Lanjutku.
“Why?”
“First, tidak ada jaminan untuk selalu saling setia, dan, tidak akan menjilat ludahnya sendiri, hmm, second, janganlah terlalu percaya, terlalu terbuka akan sesuatu, bila menceritakan masalah, karena, tidak ada jaminan untuk menyumpal mulutnya bila ia keceplosan. Apa kau puas dengan jawabanku, Shellie?” Shellie, hanya tersenyum mendengar jawabanku. Ia seperi berfikir, tapi pikirannya kosong. Lalu saat melewati sebuah taman, aku melihat Belinda sedang bermesraan dengan Kevin, bukannya mereka sedang bertengkar?
“Natalie, look, bukankah, itu Belinda?” Tanya Shellie.
“Ya, itu buktinya, ia malah bolos bekerja padahal waktu istirahat telah habis, dan ia menjilat ludahnya sendiri.”
“Eh? Tapi kau berkeluyuran denganku?”
“Tidak ada yang mengaturku akan ini. Dan aku tidak akan dihukum akan ini, hmm, kau telepon Katherine, lewat via video call, perlihatkan hal ini.” Perintahku, lalu Shellie segera melakukan hal yang kusuruh, dan Katherine meliahat hal ini, dan saat kami kembali ke kantor, aku langsung melihat memberikan surat peringatan pada Belinda dan Kevin. Ya, Belinda yang menyadari mobilku langsung melarikan diri ke kantor bersama Kevin. Setelah keluar dari ruangan Katherine, Belinda langsung menghampiriku. “Jahatnya kau, jadi ini arti persahabatan kita? Kenapa kau mengadukanku?” Protes Belinda.
“Apa peduliku? Asal kau tahu, kau menjilat ludahmu sendiri saat kau bilang makna sahabat, akhir – akhir ini, kau tidak menemaniku berpatroli, kau hanya bermesraan saja, dan aku tidak pernah menganggapmu sahabat, Adam.”
“Hey, Natalie, kau ini, apa kau tidak pernah menikmati masa pacaran? Aku kasihan padamu yang tidak punya pacar.”
“Pacaran? Pacar? Huh, kau mau kubunuh?” Lalu kukuku memajang. Dan Belinda lalu diam dan berlutut, “Maaf.” Katanya. Lalu aku diam dan pergi, dasar wanita memalukan. Lalu aku berjalan pulang, memikirkan kata – kata Belinda. Lalu tanpa sadar aku ngebut dalam membawa mobil, dan mengerem mendadak dilampu merah. Lalu hujan turun. TOK- TOK- TOK. Ada yang mengetu jendela mobilku.
“Xavier?” Aku kaget dan membuka kunci pintu. Lalu ia masuk.
“Kau ini, hampir menerobos lampu merah dan hampir mati.” Katanya.
“Apa pedulimu dan urusanmu?”
“Menurutmu? Kudengar kau membunuh Patricio?”
“Ya, tapi saat itu…” Lalu aku teringat peristiwa saat Patricio tewas, seperti ada yang mengawasiku dan memberiku tepuk tangan.
“Saat itu apa?” Xavier curiga.
“Tidak. Sepertinya ada yang mengawasiku.” Lalu lampu merah berubah menjadi hijau dan aku kemudian mengijak gas. “Pelan – pelan.” Katanya.
“Huh, lalu apa perlunya denganmu, apa kau mau berbaik hati mengantarkan aku keayahmu dan membiarkanku membunuhnya?”
“Hey, aku dipihak kalian, sebenarnya aku tidak tahu dimana ayahku.”
“Walau kau dipihak kami, tapi keluargamu itu, daftar buronan.” Kataku ketus. Anehnya, dia hanya terseyum. Lalu aku lupa akan tujuanku dan menjadi berkeliling London, aku diam saja, dan Xavier sepertinya menikmati perjalanan, lalu ia membaca majalah yang entah dari mana dia dapatkan, dan itu berlangsung sampai malam.
“Xavier, sebenarnya kau mau kemana?” Tanyaku.
“Haha, entahlah, turunkan aku disana saja.” Katanya sambil menunju kearah tortoar. Lalu aku segera minggir.
“Huh, sudah. Okay, sampai jumpa.” Kataku.
“Hati – hati lain kali, Natalie.”
“Ya, tak usah menghawatirkanku, aku bukan anak kecil, you know?”
“Hmm, mungkin kau bisa pergi ke Evangels, kau tahu, koreklah info dari Claudio, ya kurasa kau mengerti caranya, sampai nanti.” Lalu ia turun dari mobil dan pergi begitu saja.
“Hey, Xavier… Huh, percuma aku berbicara, dia tidak akan mendengar.” Gerutuku.
Hmm, Evangels, okay, lalu kau menelepon Nina agar bisa menyiapkan kapal kesana, tentunya bukan kapal pesiarku, terlalu bagus kalau untuk mengunjungi penjara.

No comments:

Post a Comment