Wednesday, April 7, 2010

5. Boring

5. Boring…
“Eh? Laki – laki? Maksudmu Belle?” Aku bingung dengan ucapan Belinda.
“Okay, mungkin tak baik kalau diceritakan disini. Selamat istirahat, Nat.” Belinda lalu pergi. Dasar wanita tidak penting, sudah kuduga, aku memang harus segera mencari partner baru, kata mama, Belinda cocok untukku karena dari dia mungkin aku akan lebih sabar. Artinya mama tahu kalau Belinda canggung dan bodoh, lalu mama pikir aku akan sabar menghadapi Belinda? Sudah berkali – kali aku hampir membunuhnya karena kebodohannya itu. Aku lantas menuju ‘Jacuzzi’ mewahku, dan berendam disana. Aku benar – benar bosan dengan kasus ini. Menjadi polisi vampire memang terkadang menyebalkan. Ya, demi perdamaian dunia, tugas polisi sepertiku memang berat, bedanya kami lebih santai dan kejam dari pada polisi versi manusia, walau terkadang aku ingin sekali merasakan kehidupan remaja normal. Lalu aku sempat memikirkan tentang lelaki yang dimaksud Belinda. Mungkin maksudnya aku akan dapat saingan laki – laki? Tidak ada yang boleh menentangku, siap – siap saja dibantai. Banyak orang yang bertanya, aku adalah vampire siap perang, tetapi kenapa bakatku sangat menonjol dimasa muda? Sebenarnya hal itu yang terus terpikirkan dikepalaku. Sebenarnya aku suka merasa aneh dengan diriku, apakah aku normal? Keturunan dari manakah kemampuan membaca pikiranku dalam waktu singkat, yang normalanya, vampire minimal usia 30 tahun yang bisa melakukannya, sedangkan aku saat berumur 16 tahun sudah bisa membaca pikiran dengan lancar. Kemampuan menghilangkan hawaku, itu sangat sulit, tapi dari umur 10 tahun aku bisa menguasainya. Hal yang diluar nalar. Walaupun memang aku telah mengikuti wajib militer saat masih kecil, dan dididik untuk menjadi vampire siap perang, tapi vampire normal tetap tidak begitu. Huh, huaaa, aku mengantuk. Lalu aku tertidur. Rasanya lelah sekali.

“Natalie, bangun.” Terdengar suara wanita yang membangunkanku dari tidurku.
“Eh, sudah sampai ya? Chantal, sedang apa kau?”
“Ayo, cepat pakai bajumu, apa kau ingin turun dengan keadaan seperti itu?” Lalu Chantal langsung pergi. Lalu aku langsung mengeringkan badanku dan memakai pakaianku. Lalu kebiasaan sebelumnya, para pelayanku membawa barang – barangku. Ya, keluargaku memang memiliki banyak pelayan. Setelah keluar dari pesawat, aku langsung menyuruh supir pribadiku untuk mengantarkanku dan Chantal kerumah.
“Okay, Belinda, Kurt, Delano, Lena, aku pulang duluan ya, ayo Chantal, dirumahku masih banyak kamar, kau menginap saja dirumahku.” Kataku.
“Terima kasih Natalie, okay aku duluan ya.” Kata Chantal. Lalu kami segera menuju kerumah.
“Sepatu boot yang kau pakai bagus, dan dengan hak stiletto yang, well bagus.” Tanya Chantal.
“Ini aku beli di Tokyo. Aku tahu, aku pernah melihat bolero yang kau pakai ini, ini dijual di Osaka kan? Aku punya kenalan vampire Jepang disana.”
“Pasti saat kau menemani Mirabella belanja kan?”
“Ya, aku cukup sering ke Jepang untuk membeli sepatu, ya aku suka karena walau ini stiletto, tapi nyaman dipakai untuk berkelahi.”
“Oh, kalau begitu siapa perancang sepatu ini? Kapan – kapan, aku ingin kesana lagi.”
“Dia tidak asli orang jepang, dia blasteran Perancis, namanya Shinichi Cortes.” Jawabku.
“Oh, pantas saja.”
“Aku punya banyak sepatu seperti ini, kalau kau mau, nanti akan kuberikan satu untukmu.”
“Eh, memangnya berapa uang yang kau habiskan untuk sepatu seperti itu?”
“Tidak usah dipikirkan, nanti kau kaget mendengarnya.”
“Semahal itu kah?”
aku hanya tersenyum menandakan bahwa memang sangat mahal harganya.
“Bajumu juga?” Tanya Chantal lagi.
“Aku suka membeli di tempat – tempat bermerek, memang kenapa?”
“Eh, tidak. Hmm…”
Aku tahu yang dipikirkan Chantal, mungkin ia berpikir aku kaya sekali, padahal aku jarang belanja baju, lebih sering sepatu, itu juga jarang – jarang. Aku bukan ibuku dan nenekku yang gila belanja. Lalu aku memasang headset dan mendengarkan lagu. Ya, karena perjalanan yang pasti membosankan tentunya. Sungguh membosankan. Lalu Chantal mengeluarkan majalah fasyen dari tasnya. Ya, sekarang memang sudah musim gugur. Seluruh jalan yang dilihat hanya pemandangan berwarna kuning dan jingga saja. Setelah menempu perjalanan yang lama, sapai juga di perumahan ‘Jetsetter Residence’, lalu setelah masuk, aku menuju ‘Forbidden Hills’ No. 01, yang tentu tempat dimana rumah – rumah mewah terpampang. Lalu kami sampai digerbang pintu yang besar, lalu mobil kami melewati taman halaman rumah depan, setelah mobil berhenti dipintu utama, supirku membukakan pintu untuk kami. Para pelayan membawa barang - barang kami.
“Bawa barang – barang Mrs. Fortin, dan siapkan kamar untuknya, kau paham Nina?” Perintahku pada Nina, pelayan pribadiku.
“Baik, Nyonya Muda Natalie.” Responnya.
Lalu Nina langsung menepuk tangannya dan para pelayan lain mengerjakan apa yang kuperintahkan, tentunya hal itu disampaikan oleh Nina.
“Apa menu hari untuk makan siangku Nina?” Tanyaku pada Nina.
“Makanan pembukanya kentang goreng dengan saus khusus, makanan utamanya salmon keju, dan makanan penutupnya pudding mangga, dan minumnya jus darah dengan strawberry.” Jawabnya.
“Ubah menjadi pudding strawberry, cepat.”
“Baik, Nyonya.” Lalu Nina langsung pergi menuju dapur.
“Mari silahkan masuk, Chantal.” Kataku mempersilahkan. Lalu pintu besar utama terbuka, dan pemandangan ruang tamu yang klasik, tapi mewah, dengan warna merah. Lalu aku menuju ruang tamu.
“Silahkan duduk, Chantal.” Aku mempersilahkan duduk.
“Terima kasih.” Lalu Chantal duduk.
Lalu terdengar dari kejauhan, ibuku datang dengan nenekku.
“Chantal Fortin, hey.” Sapa ibuku. Lalu Chantal berdiri dan memeluk ibuku, dan nenekku.
“Karen,” kata nenekku memanggil salah satu pelayan, “cepat bikinkan minum untuk tamuku ini. Kau ingin apa?” Tanya nenekku.
“Apa sajalah.”
“Okay. Karen, tolong buatkan minuman untuk kami, sesuai dengan seleraku.” Perintah nenekku.
Lalu pelayan itu langsung menjalankan perintah nenek. “Bagaimana kabarmu sekarang, Chantal?” Tanya Mirabella.
“Baik Mirabella, andai anakmu tidak ke Paris, semua urusan akan lebih memusingkan. Ya, kau tahu, masalah Ernesto Bersaudara.” Jawab Chantal.
“Hebat kau Natalie, mama bangga padamu.” Seru Mirabella dengan tampang datar.
Aku hanya tersenyum, lalu Karen membawa minuman teh hijau kesenangan nenek Azalea. “Terima kasih Karen.” Ucapnya, lalu Karen permisi, dan nenek meminum tehnya.
“Kau akan tinggal untuk berapa lama Chan?” Tanya Azalea.
“Entahlah, kalian tahu, Lucifer Sandy, Sallie dan Shellie Zee akan kemari, ya mereka datang dari Swiss untuk bertemu dengan Natalie, khususnya.” Jelas Chantal.
“Oh, vampire inggris yang memimpin disana ya?” Tanya Azalea.
“Ya, Azalea, mereka salah satu yang dipercaya oleh kami.” Kata Chantal lagi.
“Oh, ada urusan apa mereka?” Tanya Mirabella.
“Entahlah, aku tidak tahu.”
Lalu aku hanya terdiam mendengar ocehan para orang tua ini, lalu aku segera menghabiskan teh hijauku dan menuju kamar, “Aku duluan ya, Chantal, mama, nenek.” Kataku.
Mereka hanya mengganguk lalu aku pergi. Dan tentunya aku mendengar pikiran mereka dari kamarku, hal ini memang sulit dan penuh konsentrasi, yang pasti apa yang mereka pikirkan sama dengan apa yang diucapkan, lalu aku duduk bersandar di pintu kamarku dan memulai mencuri dengar.
“Soal Natalie, mungkin hanya kau keturunan manusia yang tahu tentangnya. Kecuali Vanessa, Quinn, dan Jill yang juga manusia yang tahu akan sejarah mengerikan itu.” Kata mama. Apa coba maksudnya.
“Ya, kau benar. Natalie tidak tahu kalau kau manusia.” Kata nenek. What the hell of the bloody scandal??? Chantal manusia???
“Mirabella, Azalea, kenapa kalian belum memberitahunya? Kau tahu, lambat laun dia akan tahu dan itu akan mengerikan?” Chantal kaget.
“Tenang saja, aku akan bertanggung jawab akan hal itu.” Mama tenang saja.
“Mirabella, bagaimana dengan rencana candangannya?” Tanya Chantal.
“Tentunya, dia itu sudah bergerak, dan dia selalu siaga tentunya.” Tambah nenek.
‘Dia’ itu? Siapa ya?
“Tapi sepertinya Savanna menyadarinya.” Kata Chantal.
“Savanna ya, hmm, kau menyebut nama itu, okay, Savanna yang malang.” Mama sepertinya sedih.
“Savanna, dia memang anak yang genius, sayangnya waktu itu, waktu itu, Trisha meracuninya, brengsek.” Mama berubah menjadi kesal. Savanna? Siapa lagi itu? Mereka memakai kode kah? Kalau Trisha aku tahu, pasangan suami istri Trisha dan Edmund. Mereka adalah pemberontak paling kejam dimasa mamaku.
“Virus Luncructor, artinya dalam bahasa romawi sel perusak / pelemah tubuh.” Kata nenekku lagi. Virus apa sih? Aku tidak mengerti.
“Apa ini sesuai dugaanmu Mira?” Tanya Chantal.
“Ya, untungnya Savanna itu, ya sudahlah. Jangan membahas itu.” Kata mama. Apa mama tahu aku mencuri dengar makanya ia menghentikan pembicaraan dan berganti topik?
“Okay, Sallie dan Shellie Zee. Mereka datang dari Swiss. Bersama Lucifer Sandy.” Kata Chantal.
“Kau tahu, akhir – akhir ini, sekretarisku, Aimee, melaporkan tindakan – tindakan aneh yang dilakukan Lucifer.” Celetuk nenek.
“Memang kenapa Azalea?” Tanya Chantal.
“Kau tahu, dia suka berkeliaran malam – malam. Terkadang tingkah lakunya aneh, seperrti terkait sesuatu, maka dari itu, karena Aimee orang Perancis, aku suruh dia terbang ke Swiss, karena dari Perancis menuju Swiss tidak jauh kan?” Kata nenek.
“Oh, itu kan pendapatmu. Lalu bagaimana, daerah Asia, khususnya Jepang.” Seru Chantal.
“Biar kuebak, peranacang, sepatu, well, Shinichi Cortes?” Tebak mama.
“Tepat.” Kata Chantal.
“Aku punya banyak. Para vampire sekarang sedang bergeriliya ke Indonesia, khususnya, daerah, Bali, Bandung dan Jakarta.” Terang nenek.
“Okay, apa kita akan kesana?” Tanya Chantal.
“Ya mungkin. Surfing at Bali, it’s must be fun. Memang sun block kita tahan akan itu?” Chantal.
“Produksi Prof. Clearwater, kau tahu, dia ilmuan kebanggaan kita. Ada sedikit dosis yang dirubah, dan dengan tambahan bahan.” Jelas mama.
“Mirabella tunggu, memang apa yang berbeda.”
“Prodemons, sun block dan vitamin yang biasa kita pakai untuk menahan sinar matahari dikala panas dan untuk musim panas, berrenkarnasi menjadi Prodemons Supernova. Ya, itu khusus untuk di pantai, kalau tidak, kulit kita akan terbakar.” Jelas mama.
“Rosalina dan Clarissa, harusnya dia membuat sun block agar kulit kita tahan dari gerhana matahari. Rosalina asisten Clarissa kan?” Keluh Chantal.
“Ya, tamat riwayat para vampire jika terkena sinar matahari kita bisa tewas hanya dalam waktu 5 -10 menit. Tergantung imunitas. Sudahlah, ada yang mau ke club?” Tanya mama.
“Kau mau apa Mira? Clubbing?” Tanya Chantal.
“Apalagi, aku bosan.” Jawab mama.
“Okay, dasar, tapi aku tidak mau ketempat murahan. Okay Mirabella?” Seru Chantal.
“Hey, aku ini kerestoran klasik yang berkelas, disana adanya tarian klasik.” Protes mama.
“Okay, aku mau tidur, silahkan menikmati malam kalian.” Kata nenek.
“Okay, ayo Chantal kita pergi.” Kata mama, lalu mereka pergi.
Lalu aku mencoba mencerna perkataan mereka. Savanna? Virus? Dan embel – embel lainnya.
Apa memangnya semua itu begitu penting sampai dirahasiakan. Sudahlah, aku tidak peduli, aku segera mengganti pakainku dan mengenakan piyama. Lebih baik aku tertidur dan bersiap ke VHO besok.
…………………….
Keesokan harinya…
“Natalie!!! Bangun!!!” Teriak mama.
“Iya, mama.” Lalu aku mengusap mataku, dan merengangkan badanku. Ternyata mama didepanku, dan ada Nina dan Fiona dibelakang mamaku. Kulihat mereka bersembunyi dibelakang mamaku sambil memegang nampan sarapanku.
“Apa – apaan kau?” Tanya mama.
“Apanya?”
“Kau mengancam akan membunuh dua pelayan pribadimu kalau mereka membangunkanmu.”
“Eh, apa aku berbicara seperti itu?” Aku bingung.
“Ya, kau ini, mengigau saja sampai sekejam itu, cepat habiskan sarapanmu dan mandi. Lalu pergi ke markas.” Perintah mama.
Lalu Nina memberikan nampan makananku dan Fiona memberikan jus darah segar. Lalu aku tersenyum pada mereka, bertanda mereka tak perlu takut. Tapi sepertinya mereka tetap ketakutan.
Lalu aku segera menghabiskan sarapanku dan meminum jus darahku. Lalu aku segera mandi. Lalu aku pergi dengan mobil BMW Seri 7 milikku.
Sambil mngendarai mobilku, aku bingung kenapa ya? Apa yang mereka rahasiakan? Natalie, ayo pikir, siapa Savanna itu?
Lalu dengan kecepatan tinggi, aku segera menuju markas. Dan tak terasa, hanya 15 menit aku sampai. Lalu aku segera ke ‘VIP Parking’ dan memarkirkan mobilku. Entah kenapa aku ingin memarkirkan sendiri mobilku.
Lalu aku segera menuju ruanganku. Lalu saat memasuki lobby utama, aku disambut oleh mama dan makhluk - makhluk yang sepertinya tidak asing bagiku dan menunggu di tempat penerimaan tamu.
“Natalie, ayo kemari.” Panggil mama.
“Mama, siapa mereka?” Tanyaku sambil berjalan menuju mama.
“Miss Clyde, perkenalkan aku Lucifer Sandy, dan ini Sallie Zee, dan Shellie Zee.” Kata seorang pria berbaadan agak gemuk tetapi tinggi. Jadi ini yang bernama Lucifer.
“Hello, senang berkenalan dengan kalian.” Lalu kami berjabat tangan.
“Kau tahu, aku sangat senang melihatmu disini dan bertemu denganmu langsung.” Kata Lucifer. Bertemu secara langsung? Memang acara Talk Show?
“Terima kasih. Kalau boleh tahu apa ya tujuan kalian datang kemari?” Aku bertanya.
“Bertemu denganmu dan mengundangmu.” Jelas Sallie.
“Hah? Aku tidak mengerti.”
“Ini.” Lalu Shellie menyerahkan undangan berwarna ungu dan hitam, lalu aku membacanya dan isinya tentang undangan pesta dansa.
“Halloween. Okay, tema yang bagus. Kau memang tahu akan seleraku. Tapi aku tidak janji datang kalau pestanya diadakan di Swiss. Aku banyak pekerjaan disini.” Kataku.
“Oh tentu pestanya tidak disana. Kami akan menyewa hotel, dan mengadakannya di London.” Jelas Sallie.
“Baik, terima kasih penjelasanmu Sallie, kalu begitu aku akan kuusahakan datang.”
“Kok kau tahu, kalau aku Sallie,” kata Sallie, “Dan aku Shellie?” Shellie melanjutkan.
“Apa kalian tahu aku membaca pikiran kalian? Okay, aku harus pamit, senang bertemu denganmu, sampai jumpa lagi.” Lalu aku hanya melihat mereka heran dan aku langsung menuju ruangan Katherine. Aku menuju lift, dan masuk ke lift tentunya. Tak lama aku sampai di lantai 7, tempat ruanganku dan tentu ruangan Katherine. “Pagi Natalie.” Sapa Belinda.
“Belinda, pagi, apa kau sudah menyerahkan laporanmu, dan apa yang kau lakukan disini?” Tanyaku pada Belinda, karena heran ia berada didepan pintu besar klasik ini.
“Tidak, aku hanya menunggu seseorang, tentunya laporannya sudah beres.”
“Ekspresimu, perlu dicurigai.” Jawabku santai, tentunya aku tahu apa yang ada dipikirannya. Belinda hanya tersenyum. Ya, ia menunggu Kevin, Kevin Renville, pacarnya itu. Siapa peduli. Lalu, aku langsung kebagian ‘Satwa Suci.’ dan bertemu dengan Elisa Rosita. Ya, aku yakin ia bisa membantu Giuseppe. “Pagi, Natalie.” Sapa resepsionisnya yang aku lupa namanya. “Pagi, apa Elisa sudah datang?” Tanyaku.
“Sudah, silahkan.” Katanya.
“Terima kasih.” Kataku, sambil berlalu. Lalu aku menuju ruangan Elisa. Dan, ia ada didepan mata, dan menyapaku duluan sebelum aku menyapanya. “Natalie, hey, mencari siapa kau? Tidak biasanya kau kesini.” Sapa Elisa.
“Elise, aku ada perlu denganmu, bisa bicara sebentar?”
“Okay, kebetulan aku belum sarapan, mari kita mengobrol di kantin saja.” Tanya Elisa.
“Boleh. Ayo berangkat sekarang.” Kataku. Lalu kami ke kantin dan Elisa memesan sarapannya, aku hanya memesan susu darah. Secara teknis, aku sebenarnya sudah kenyang. Lalu kami duduk.
“Begini, Elisa, kau tahu, para Pegasus, elf, dan werewolf dalam masalah. Mereka tidak bisa sembarangan hidup, mereka harus didaerah yang sejuk dan dingin, itulah mengapa mereka berimigrasi. Kau tahu Giuseppe kan?” Tanyaku, memulai topik pembicaraan.
“Ya, ia adalah pemimpin para Pegasus. Kudengar mereka diancam oleh Ernesto Bersaudara.”
“Ya, memang, untuk sementara, apa bisa mereka tinggal di Indonesia? Maksudku, disana jauh dan kudengar ada daerah daratan tingginya yang cukup sejuk.”
“Secara teknis tidak terlalu pasan dan tidak terlalu dingin, cukup sejuk lah, mereka bisa kuimigrasikan kesana. Aku akan mengatur semuanya.”
“Kau tahu dimana kepolisian pusat disana?”
“Ada di Jakarta, dan bila kita ingin berkunjung, kita bisa ke Bandung, disana adalah kota yang menyediakan banyak souvenir, kuyakin, Mirabella akan menyukainya.”
“Memang sih, lalu kapan mereka bisa pindah?”
“Lusa. Aku akan mengurus semuanya.” Lalu Elisa mulai memakan sarapannya .
“Brilliant!!! Kau tahu aku suka gerakan cepat. Lalu mereka akan naik pesawat khusus satwa kan?”
“Animalia Plane, itu maksudmu?”
“Ya.”
“Okay, aku akan menemani mereka beradaptasi dengan Indonesia, ada yang lain?” katanya sambil menyuapi mulutnya dengan makanan.
“Tidak, mungkin itu saja.”
“Okay. Aku tidak akan mengecewakanmu, Natalie.”
“Bagus, kau tahu aku tidak suka kegagalan, walupun tidak ada yang sempurna.”
“Okay. Aku berarti akan berada di Indonesia untuk beberapa bulan, karena harus menemani para Pegasus beradaptasi, kalau elf, dan werewolf tidak ada masalah.”
“By the way, Lucie Petra mau kemari.” Kata Elisa sambil mengunyah makanannya.
“Si peramal itu? Dia kan vampire Paris, untuk apa dia kemari? Kau tahu aku tidak pernah percaya ramalan.”
“Dia bukan peramal yang menggunakan kartu tarot atau cangkir kopi dan bola kristal. Dia memprediksi sesuatu berdasarkan hitungan ilmiah.”
“Huh, terserah, tetapi perkataannya membuatku berhibernasi.”
“Hahaha, aku mengerti maksudmu, kau pasti mengantuk luar biasa bila dia suddah berbicara, Luciana Petra itu, perhitungannya dapat dijadikan modal dalam memperhitungkan suatu masalah.” Katanya dengan nada seakan Elisa fans berat Lucie.
“Intinya Lucie orang yang membosankan, Luciana Dolores Petra yang kau kagumi itu.”
“Hey, kau hafal nama lengkap Lucie, tidak jusangka, padahal katanya kau tidak percaya pada ramalannya.”
“Aku membacanya dipikiranmu. Jangan salah sangka dulu.”
“Eh, salah ya, malunya aku ini.” Kata Elisa sambil malu – malu dan memasukan makanan lagi kemulutnya..
“Ya memangnya, mau apa Lucie kemari?”
“Entahlah, kabar penting katanya.”
“Aku sudah dipusingkan oleh rombongan dari Swiss, kau tahu aku tidak suka pada Lucifer. Hawanya mencurigakan.”
“Ya, memang untuk pria yang satu itu.” Katanya sambil mengunyah makanan.
“Sudahlah, aku mau keruanganku. Terima kasih atas waktumu, Elise.”
“Sama – sama. Okay Natalie, sampai beremu lagi.” Lalu aku pergi meninggalkan Elisa. Aku kembali keruanganku, dan memulai suasana pagi yang membosankan. Tapi aku bingung dengan Irene Adler dan The Swan. Apa maksudnya, entahlah, karena aku belu mendapat surat terror itu. Sungguh membosankan karena tidak ada tantangan. Oh ya, aku curiga pada Xavier, kenapa saat ia menolongku ya? Kenapa benar – benar pas saatnya?
Lalu setelah sampai di lantai 7, aku memasuki ruanganku. Dan sesuai dugaanku, ada vampire Swiss di ruangan ini dan aku tidak menyukainya.
“Natalie, ayo kemari!!!” Teriak mama dari kejauhan yakni didepan pintu ruang rapat.
“Ada apa sih? Males ah…”
“NATALIE!!!!”
“Kau ditunggu diruang rapat bersama ibumu.” Celetuk Melinda tiba – tiba, Melinda ini seperti setan saja (padahal Natalie juga setan) muncul tiba - tiba.
Huh, lalu aku segera menuju ruang rapat dilantai 8. Lalu tak lama aku sampai diruang rapat.
“Okay, aku sudah sampai. Apa yang bisa kuperbuat?” Celetukku dengan nada tak bersahabat.
“Kita akan membicarakan masalah Ernesto Bersaudara, karena mereka akan meneror Swiss.” Terang Katherine.
“Okay, apa yang bisa kuperbuat?”
“Kau kan sudah bertemu dengan mereka, lebih baik kita duduk dulu.” Kata Katherine. Lalu aku duduk. Disamping kanan Katherine, yang tentunya ia duduk dikursi boss. Kami semua, termasuk aku, Katherine, Lucifer, Sallie, Shellie, Mirabella, dan Azalea, duduk dikursi masing – masing.
“Okay, aku memang bertemu oleh mereka tapi…” Aku memulai pembicaraan, tapi terhenti ketika teringat oleh Xavier.
“Apa Natalie?” Tanya Lucifer.
“Intinya mereka mendapat kekuatan karena memakan daging dan meminum darah werewolf dan semua laporan lengkapnya sudah diserahkan asistenku kan?” Jelasku.
“Ya, betul, cerita selengkapnya tertera disini. Apa tidak ada keluarga Nara disana?” Tanya Katherine.
“Tidak.” Aku membual.
“Okay, apa aku punya taktik tertentu?” Tanya Lucie.
“Tidak, eh, sejak kapan kau ada disini? Luciana Petra?” Tanyaku heran. Karena tadi sepertinaya dia tidak ada…
“Kau mungkin tidak menghitungnya, atau tidak melihatnya?” Kata mama.
“Lucie disini sangat penting, ia bisa membantu kami dengan perhitungannya.” Jelas nenek.
“Claudio itu bodoh, berbeda dengan Patricio. Kita bisa dengan mudah memanipulasi pikiran Claudio dengan omongan kita. Kalau Patricio, hmm, dia sangat cepat berlarinya, dan susah ditipu. Claudio bisa menjadi umpan kita.” Jelasku.
“Apa rencanamu, Natalie?” Tanya Lucie.
“Well, entahlah. Aku perlu infromasi lebih tentang Claudio.” Jelasku.
“Oh, itu mungkin bisa diselidiki dengan mata – mata ninja vampire. Sallie dan Shellie bisa membantu.” Terang Sallie. Kalau kuperhatikan, Sallie lebih cerewet dibandingkan Shellie.
“Ninja vampire? Memangnya ada? Tapi baguslah. Kalian bisa menyelidiki itu dengan mudah.”
“Oh ya, kau belum tahu ya, Fernandez School Of Dracula, mempunyai progam baru agar talenta vampire bisa dikembangkan lebih maksimal, salah satunya, ilmu ninja.” Jelas mama.
“Aku tidak peduli, jadi calon – calon agen baru lebih baik ya? Menarik.” Kataku santai tanpa terkejut.
“Ya, lalu rencananya?” Tanya Sallie.
“Kalian selidiki dan amati rencana mereka. Berita terakhir yang kutahu, mereka ada di Paris.” Jawabku.
“Okay, Shellie, bagaimana denganmu?” Tanyaku pada Shellie.
“Setuju saja.” Jawab Shellie.
TOK – TOK – TOK. Seseorang mengetuk pintu.
“Masuk.” Kata Katherine.
“Permisi, maaf, mengganggu. Ada surat untuk Nyonya Azalea.” Ternyata itu Aimee.
“Terima kasih Aimee.” Lalu Aimee keluar lagi.
Lalu dilihatlah berkas yang diberikan Aimee.
“Ini perkembangan kejahatan akhir – akhir ini. Dan yang nomor satu adalah Patricio.” Jelas nenek.
“Loh? Claudio?” Tanyaku.
“Entahlah, ia nomor dua, biasanya berbarengan.” Kata nenek.
“Azalea, bukankah ini peluang yang menguntungkan?” Tanya Katherine.
“Kat, kenapa?” Tanya Lucifer.
“Lucifer, kalau kondisi Claudio menurun, ia bisa menjadi umpan yang bagus.” Jelas Katherine dengan penuh yakin.
Hmm…
Dasar Katherine, aku tahu apa yang direncanakannya dengan tampang seperti itu, tampang yang penuh dengan kebahagiaan yang berarti bencana. Dan itu pasti menyenangkan.

No comments:

Post a Comment